50 kilometer arah timut semarang
melalui pantura dapat dijumpai pintu gerbang masuk kota kecil yang memiliki
kekayaan budaya besar. Pintu gerbang masuk kota ini tidak biasa yaitu sebuah
daun tembakau raksasa bertuliskan Kudus kota kretek. Kemegahan pintu masuk akan
semakin indah saat malam hari karena hiasan lampu beraneka-ragam warna
bersaut-sautan dengan harmonis menyorot tembakau raksasa. Pintu gerbang
tersebut menegaskan bahwa kota terkecil di Jawa Tengah dengan luas 425,16 km2 merupakan kota industri yang menyumbang banyak
pemasukan pada negara.
Dari sudut pandang lain, Kudus
adalah sebuah kota yang dapat dikenal dengan unsur religinya. Kota ini sangat
erat dengan dua Sunan yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara
yaitu sunan Muria dan sunan Kudus. Nuansa kental Islam masuk terpelihara dengan
sangat baik di Kudus. Salah satu pemandangan khas bernuasa Islam adalah jadwal
belajar siswa. Jika di daerah lain, minggu adalah hari dimana siswa melepas
penat urusan sekolah, di Kudus tidak demikian. Hari minggu adalah hari biasa
dimana lalu-lalang siswa-siswa sekolah adalah pemandangan biasa. Banyak sekali
sekolah yang memanfaatkan hari Jumat sebagai hari libur untuk siswa. Demikian
nampaknya dipengaruhi oleh banyaknya pondok pesantren dan sekolah keagamaan di
Kudus.
Kota Kudus sangat terkenal dengan
wisata religinya. Terdapat dua kutup wisata religi di Kudus yaitu di Menara
Kudus (Sunan Kudus) dan di gunung Muria (Sunan Muria). Dua lokasi ini tidak
pernah sepi pengunjung yang mayoritas adalah peziarah. Menara Kudus sebagai
icon sentral Kudus berada di pusat kota. Menara Kudus adalah bagian dari area
wilayah makam Sunan Kudus yang juga terdapat Masjid Menara. Siang ataupun
malah, lokasi ini selalu padat pengunjung yang identik dengan baju muslim lengkap
dengan pecinya. Makam Sunan Muria terletak di lereng Gunung Muria di Kabupaten
Kudus Jawa Tengah atau tepatnya beralamat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kab.
Kudus. Suatu lokasi di tepi utara kota Kudus yang langsung berbatasan dengan
Jepara dan Pati. Relatif jauh dari pusat kota, lereng gunung Muria tidak kalah
ramai dibanding kompleks Masjid Menara. Banyak sekali peziarah yang memadati
lokasi tersebut siang dan malam.
Pengaruh dakwah Islam yang digangkan oleh Sunan dan
berbagai pemuka agama ratusan tahun silam nampaknya masih menyatu dalam
karakter warga Kudus. Hal yang sangat jarang di lokasi lain adalah menjamurnya
Masjid di kota ini. Ciri khasnya adalah masjid dengan desain megah dan luas.
Bahkan jika dibandingkan dengan lokasi lain, masjid desa di Kudus sudah “layak”
menjadi “masjid agung” di lokasi lain. Contohnya adalah Masjid Baitul Hidayah
di desa Menawan, Gobog yang memiliki luas bangunan 625 m2 dengan
kapasitas 650 jamaah.
Keselatan kurang dari 5 km ada
masjid indah lain yaitu Masjid Taqwa. Masjid ini dibangun diatas lahan seluas
1500 km persegi dengan luas bangunan 702 km2. Interior dan material
terlihat sangat prima dengan lahan luas dan teduh.
Dan
masih banyak lagi masjid indah di Kudus. Pembaca sekalian dapat melihat link
youtube berikut.
Melalui sebuah penelusuran
berbagai masjid desa di Kudus memiliki biaya pembangunan diatas 1 milyar
rupiah. Bahkan tidak jarang masjid yang membutuhkan dana di atas 3 milyar dalam
proses pembangunannya. Mengejutkannya, masjid-masjid desa tersebut dibangun
dengan sumber biaya dari masyarakat sekitar. Mungkin ini adalah fenomena langka
dimana masyarakat dapat meluangkan hartanya sehingga bisa terkumpul dengan
nominal 10 digit rupiah.
Misi dari pembangunan masjid
beraksitektur indah adalah agar masyarakat lebih senang untuk meramaikan
masjid. Pengelolaan juga sangat baik, masjid yang pada dasarnya sudah indah
dirawat dengan baik pula sehingga lokasi masjid-masjid di Kudus sangat kondusif
untuk ibadah.
Bukan merupakan masjid pemerintah
ataupun masjid instansi yang dapat membuat anggaran belanja secara mudah,
masjid-majid “desa” di Kudus dibangung dengan durasi waktu yang relatif lama.
Perlahan panitia menghimpun dana untuk mencukupi kebutuhan pembangunan.
Mengamati fakta tersebut kita dapat berkesimpulan bahwa masyarakat tidak hanya
dapat menyumbang secara tapi dapat menyumbang secara kontinu dan terprogram.
Barang tentu kondisi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung
dengan karakter dan niat dari masyarakat.
Fakta tidak biasa tersebut
menunjukan bahwa Kudus merupakan sebuat miniatur kota dengan karakter masyarakat
yang religius dan memiliki semangat gotong-royong. Masyarakat religius jelas
akan menyelaraskan kepentingan dunia dan akhirat, nampak dari sebuah niatan
kuat untuk Sali bahu membahu menyisihkan rizki dalam pembangunan tempat ibadah.
Pembangunan suatu lokasi peribadatan tentu jauh dari unsur komersil. Proses
pembangunan yang lama membutuhkan kerjasama antar masyarakat. Saling
bahu-membahu adalah solusi tunggal untuk menyelesaikan misi pembangunan masjid.
Disitulah nampak semangat gutong-royong dalam nuansa kerukunan antar warga.
Pemerintah Kudus dapat mencermati
fenomena sosial yang luar biasa ini. Fenomena yang sangat langka terjadi di
negara berkembang, disaat masyarakat menjerit harga kebutuhan pokok terus
meningkat, pembangunan saraha ibadah tidak macet. Berarti ada motivasi lain
yang mendorong masyarakat dalam mengelola pendapatan pribadi. Satu sumber
motivasi yang paling logis adalah motivasi yang muncul dari umat ke Rob nya.
Pemerintah dapat mengeksposnya dalam kemasan wisata dengan misi menyebar kebaikan
di lokasi lain.
Wisata masjid adalah suatu brand
yang mungkin dimunculkan. Masjid adalah produk nyata dari dedikasi umat untuk
agamanya. Masjid adalah produk nyata sikap yang jauh dari unsur kapitalis.
Melihat masjid yang sangat banyak dan megah tentu akan membuat pengunjung
tercengang, terlebih jika tahu sumber dana pembangungan adalah swadaya
masyarakat. Tentu masyarakat daerah lain akan bertanya-tanya bagaimana cara
mengumpulkan dana sedemikian besar. Dengan demikian maka Kudus dapat menjadi
suatu kota religi percontohan.
Untuk mengekspos keunikan
masjid-masjid dan pola pembangunannya, pemerintah Kudus harus mempersiapkan
wadah. Dewasa ini wadah yang paling mudah untuk menyiramkan isinya seluruh
penjuru adalah media online. Informasi mengenai identitas, kapasitas, sejarah
pembangunan masjid, anggaran pembangunan, rancangan pembangunan dan realisasi
harus ditayangkan. Saat ini memang hanya masjid dengan nilai sejarah tinggi
yang biasa dikunjungi, namun masih belum ada suatu wisata masjid yang memberikan
efek kedepan. Wisata masjid-masjid di Kudus dapat dijadikan wahana edukasi dan
memberikan motivasi bagi pengunjung agar dapat menerapkan pola dan hasil yang
sama atau bahkan lebih.
Kudus Membangun,
Menularkan kebaikan,
Menularkan kebaikan,
Dari kudus untuk Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar