Tulisan
ini merupakan jawaban dari pertanyaan Malik Ibrahim dalam sesi tanya jawab
Filsafat Ilmu. Semoga memberikan manfaat bagi pembaca…
1.
Apa
itu hidup?
Hidup adalah karunia yang diberikan oleh Alloh pada
umat. Secara umum hidup adalah merupakan rute atau sebagai salah satu fase
suatu ruh dalam berjalan. Dimana kehidupan dunia inilah yang akan memberikan
andil besar menentukan masa depan yang abadi di akhirat. Hidup adalah masa
dimana ada kontaminasi, masa dimana manusia bisa dipengaruhi dan hidup adalah
masa dimana manusia harus berperang malewan syaitan.
Secara lebih mendalam hidup dapat dimaknai sebagai
suatu aktivitas seorang manusia. Oleh karena itu sebenar-benarnya hidup adalah
pilihan. Manusia yang secara kasat mata hidup bisa saja ternyata mati. Dalam
keadaan yang tidak produktif, malas berpikir, dan tidak berpegang pada agama,
seorang manusia seperti mayat bergerak. Hiduplah orang ketika memberikan
pengaruh pada orang lain, memberikan manfaat pada orang lain, member sumbangsih
pemikiran pada lingkungan dan memikirkan alam pasca hidup. Jika seseorang tidak
memikirkan alam pasca dunia maka walaupun jasad dan ruh masih menjadi satu maka
dia seperti orang mati. Dimana sudah tidak ada pikiran mencari bekal adalah
kematian.
2.
Apa
itu mati?
Berbeda dengan hidup, mati itu adalah pasti. Orang
mati tidak pula kuasa untuk hidup. Mati adalah takdir Alloh ketika ruh
dilepaskan dari jasad. Berbagai orang mengartikan mati sebagai akhiran, namun
sebenarnya mati adalah akhiran dari fase perjalanan ruh saja, bukan akhiran
dari keseluruhan. Mati adalah akhir perang manusia melawan syaitan dimana
hasilnya, menang atau kalah akan member pengaruh pada fase perjalanan ruh
kedepannya.
Mati adalah ketika pikiran sudah tidak berfungsi,
amalan sudah tidak bisa digapai, dan aktivitas sudah tidak dapat dilakukan.
3.
Apa
itu matematika?
Menurut Prof. Dr. Marsigit dalam Elegi Metafisika
Matematika (http://powermathematics.blogspot.com/2012/10/metafisika-filsafat.html)
Pengertian matematika itu ada
banyak sekali, sebanyak orang yang memikirkannya. Secara implicit, menurut
Socrates matematika adalah pertanyaan, menurut Plato matematika adalah ide,
menurut Arstoteles, matematika adalah pengalaman, menurut Descartes matematika
adalah rasional, menurut Kant matematika adalah sintetik a priori, menurut
Hegel matematika itu mensejarah, menurut Russell matematika adalah logika,
menurut Wittgenstain matematika adalah bahasa, menurut Lakatos matematika
adalah kesalahan, dan menurut Ernest matematika adalah pergaulan.
Semua pengertian merentang menurut
dimensinya. Pada tataran Spiritual, Matematika adalah Rakhmat dan Karunia
Tuhan. Pada tataran Filsafat atau tataran Normatif, Matematika adalah
sumber-sumber ilmu, macam-macam ilmu dan pembenaran ilmu. Maka pada tataran
Filsafat atau Normatif, Matematika adalah Pikiran Para Filsuf; dia meliputi
metode berpikir dan pembenarannya. Pada tataran Filsafat maka Matematika itu
tidak lain tidak bukan adalah Epistemologi itu sendiri. Pada tataran Formal, Matematika
adalah berbagai macam ilmu pengetahuan yang merupakan ilmu-ilmu bidang atau
ilmu-ilmu cabang. Pada tataran Formal, umumnya Matematika bersifat positive
dengan metode utamanya adalah metode ilmiah. Sedangkan pada tataran Material,
maka Matematika merupakan teknologi (terapan) yang menghasilkan karya-karya
atau produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, termasuk
kebutuhan melakukan eksplorasi alam semesta. Sedangkan Filsafat Matematika
berusaha merefleksikan kerja dan karya para ilmuwan (matematikatis); mengapa
dan bagaimana mereka menemukan suatu temuan, menghasilkan suatu produk dan
dampak-dampaknya. Filsafat Pendidikan Matematika berusaha merefleksikan
Pendidikan Matematika dalam konteks Ruang danWaktunya. Obyek dari Filsafat
Pendidikan Matematika adalah semua yang ada dan yang mungkin ada dalam
Pendidikan Matematika. Jadi obyeknya bisa meliputi Guru Matematika, Metode
Mengajar matematika, Siswa Belajar Matematika, Evaluasi Pembelajaran matematika,
Sumber Belajar Matematika, dst.
4.
Apa
makna kesombongan menolak keburukan?
Kesombongan selalu identik dengan hal negatif. Namun
ada kala kesombongan membantu seseorang untuk menggapai kejujuran dan kebaikan.
Ada beberapa siswa yang dicap sebagai siswa sombong. Namun sesungguhnya hanya
ada rujukan kesombongan yaitu seorang siswa yang tidak mau “ngumumi” dan
membantu teman. Namu turunan dari definisi yang biasa dipakai di anak sekolahan
tersebut ternyata pecah menjadi dua. Siswa yang sombong karena harta benda. Dia
tidak mau bergaul dengan sembarang siswa, terutama yang miskin. Satunya lagi
siswa yang sombong dengan ilmunya. Yang kedua inilah yang unik dimana siswa ini
tidak mau memberikan contekan pada temannya saat ujian. Dia dikatakan sebagai
orang yang sombong. Endingnya sama, sombong karena harta atau karena ilmu
adalah dicibir, namun sombong karena ilmu nampak tidak adil ketika dicibir.
5.
Apa
kaitan filsafat dengan pendidikan?
Menurut Prof. Dr. Marsigit dalam Elegi Metafisika
Matematika (http://powermathematics.blogspot.com/2012/10/metafisika-filsafat.html)
Filsafat itu adalah refleksi. Maka filsafat
pendidikan matematika adalah refleksi terhadap pendidikan matematika, meliputi
refleksi terhadap semua yang ada dan yang mungkin ada dalam pendidikan
matematika. Padahal pendidikan matematika itu meliputi guru, matematika, murid,
ruang, kegiatan, alat dst..banyak sekali. Padahal guru itu mempunyai sifat yang
banyak sekali. Jadi ada banyak sekali yang perlu direfleksikan. Maka dalam
filsafat pendidikan matematika, tantanganmu adalah bagaimana engkau bisa
memperbincangkan semua obyek-obyeknya. Maksud meperbincangkan adalah
menjelaskan semua dari apa yang dimaksud dengan semua yang ada dan yang mungkin
ada dalam pendidikan matematika. Jelaskanlah apa arti bilangan phi? Jelaskanlah
apa hakekat siswa diskusi? Jelaskan apa hakekat LKS? Jelaskan apa hakekat media
pembelajaran matematika? Itu semua merupakan pekerjaan filsafat pendidikan
matematika? Maka bacalah elegi-elegi itu semua, maka niscaya engkau akan
bertambah sensitive terhadap pendidikan matematika. Sensitivitasmu terhadap
pendidikan matematika itu merupakan modal dasar bagi dirimu agar mampu
merefleksikannya.
6.
Apa
makna kuasa?
Kuasa adalah sesuatu yang memiliki peran besar dalam
diri manusia. Kuasa adalah sesuatu yang menentukan manusia untuk melakukan
sesuatu. Kuasa untuk marah, kuasa untuk pergi, kuasa untuk bersedih, kuasa
untuk belajar dan sebagainya.
7.
Bagaimana
filsuf mengajarkan orang awam berfilsafat?
Filsuf merupakan seseorang yang mengolah pikirannya
dengan objek yang ada dan yang mungkin ada. Dalam menyampaikan filsafatnya
filsuf menggunakan media bacaan, menuliskan berbagai hasil olah pikirnya untuk
dapat dinikmati sebagai jalan pembelajar untuk berfilsafat. Filsafat adalah
diriku, filsafat adalah pikiranku, oleh karena itu filsuf memberikan
pemikirannya agar pembelajar mendapat stimulus untuk memahami bacaan filsafat
dengan lebih luas dan dalam. Hingga pembelajar menemukan logos dari setiap
mitos yang diterimanya.
8.
Bagaimanakah
cara untuk mencapai sesuatu?
Cara untuk mencapai sesuatu adalah dengan berdoa dan
berikhtiar. Menurut penjelasan Prof Marsigit orang yang hanya mengandalkan
hidupnya dari Takdir, itu disebut kaum Fatal. Dan orang yang tidak percaya
kepada Doa, yaitu hanya mengandalkan ikhtiar saja, itu disebut kamu Vital. Maka
dapat aku katakan bahwa sebenar-benar hidup adalah dinamika interaktif antara
dua kutub Fatalisme dan Vitalisme. Kedua aspek tersebut harus beriringan secara
harmonis atau dalam arti lain antara doa dan usaha harus berimbang. Alloh
menjanjikan pada umat bahwa akan dikabulkanNya permintaan-permitaan jika umat
sholat dan sabar. Dalam sholat jelas terkandung doa-doa yang menunjukan
kerendahan diri di depan Alloh. Dalam bersabar terandung pemaknaan hakekat dan
hikmah dimana ketika tahap ini manusia berserah pada Alloh. Yang kedua, Alloh
menjanjikan barang siapa yang mau berusaha maka Alloh akan merubah nasibnya.
Perkara yang kedua adalah himbauan Alloh bahwa manusia harus berikhtiar
semaksimal mungkin untuk mencapai sesuatu. Dengan keseimbangan keduanya insya
Alloh akan memberikan kemudahan, kebaikan dan kebutuhan. Aamiin
9.
Bagaimana
hubungan tulisan dengan kata-kata?
Tulisan merupakan suatu materi yang dikemas dalam
bentuk apa saja, gambar, huruf, angka, simbol, tanpa harus ada maknanya.
Sedangkan kata-kata adalah suatu tulisan yang memiliki makna dan dapat dijadikan
sebagai media komunikasi.
10. Apakah dunia memiliki batasan?
Dunia ini tidak memiliki batasan, hanya saja
manusianya yang memiliki batasan untuk mengenal dunia. Dunia adalah ciptaan
Alloh dengan sifat yang sama yaitu tanpa batas. Hanya Alloh yang tahu dunia
secara utuh, sedangkan manusia hanya tahu setitik saja. Namun dalam hidupnya
seringkali manusia sombong dengan pengetahuannya. Merasa sudah tahu banyak.
Tipikal manusia seperti itulah yang mudah puas dan bertingkah bak ilmuan tanpa
tanding. Manusia seperti itulah tipikal manusia yang sebenarya sangat menakuti
kegagalan, sangat menakuti disaingi. Padahal jelas di atas langit pun masih ada
langit, tanpa batas. Celakalah manusia tersebut jika membatasi dunia dengan
kesombongannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar