Social Icons

Pages

Rabu, 12 Desember 2012

OPTIMALISASI PERAN PAHLAWAN DEVISA SEBAGAI PEJUANG PARIWISATA


Oleh: Janu Arlinwibowo

Pengangguran, Realita Kebutuhan dan Oasenya
Indonesia saat ini masih terbelit dengan masalah klasik negara berkembang yaitu pengangguran. Ketidak seimbangan antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk jelas menjadi faktor utama. Pegawai pemerintahan sebagai primadona masyarakat jelas tidak dapat memfasilitasi semua orang untuk bekerja. Perusahaan swasta yang ada di Indonesia masih belum cukup pula untuk mengentaskan pengangguran. Ditambah dengan pemberian apresiasi kerja yang sangat minimal membuat kondisi masyarakat semakin miris. Bahkan saat ini, harga dari penjuangan menuntut ilmu hingga bergelar sarjana pun tidak dapat memberikan janji indah. Salah satu fenomena bahwa seorang pengajar honorer lulusan sarjana hanya mendapat apresiasi kerja kurang dari Rp 500.000 per bulan adalah pemandangan lumrah. Padahal kebutuhan hidup jelas semakin meningkat dimana perlahan tapi pasti harga dari kebutuhan pokok terus melambung seakan tanpa batas. Lain hal dengan sedikitnya industri kecil yang ada di Indonesia. Bukan karena masyarakat indonesia yang tidak kreatif, bukan juga karena masyarakat Indonesia yang pemalas. Akan tetapi karena perilaku ekonomi masyarakat Indonesia yang sebagian benci terhadap resiko. Menurutnya bergaji kecil sebagai begawai lebih nyaman dibandingkan berharap bergaji besar namun sebelum mencapai sudah terjungkal. Selalu, bayangan resiko muncul mendominasi paradigma sebagian besar masyarakat kreatif Indonesia.
Kebutuhan semakin meningkat dan kondisi lapangan pekerjaan di Indonesia tidak menjanjikan berbuah pada keputusasaan. Paradigma negatif masyarakat bahwa perubahan seperti halnya kiamat, tidak dapat diterka dan hanya Tuhan saja yang tahu kapan datangnya. Perubahan akan terjadi bukan karena suatu buah dari usaha melainkan mukjizat dari Yang Maha Kuasa. Itulah bentuk keputusasaan masyarakat kita dalam menanti. Hingga saat ini lebel “penantian” sudah bergeser menjadi “impian” atau mungkin “khayalan”.
Hingga akhirnya muncul solusi menggiurkan untuk meningkatkan taraf ekonomi tiap individu dengan bekerja di luar negeri. Selain kesempatan untuk tidak menganggur, iming-iming gaji bekerja di luar negeri juga sangat menggiurkan. Menjadi seorang tenaga kerja Indonesia beberapa tahun terakhir menjelma menjadi profesi idola masyarakat. Berbagai negara seperti Korea, Jepang, Malaysia ataupun Arab Saudi menjadi tujuan masyarakat kita dalam mencari kerja.
Di Malaysia rata-rata gaji yang diterima TKI Rp 2 juta, sedangkan di Taiwan rata-rata menerima gaji TKI sebesar Rp 4 juta. Nominal tersebut memang sangat menggiurkan. Relatif sulit untuk mendapatkan gaji dengan nominal sama di dalam negeri. Contohnya seorang dosen dengan pendidikan pasca sarjana saja hanya mendapatkan apresiasi finansial kurang dari 10 juta rupiah, sedangkan bekerja di Korea, dengan hanya berbekal ijasah sekolah menengah saja bisa mendapatkan gaji mencapai 14 juta rupian. Selain berkaitan dengan gaji, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri pun bisa dikatakan lebih mudah dibandingkan dengan mencari pekerjaan layak di dalam negeri. Sehingga tidak mengherankan jika tempo melaporkan bahwa pada 2011 jumlah TKI informal sebanyak 316.325 (54 persen) dan TKI formal sebanyak 269.462 (46 persen) [i].
Banyaknya pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri memberikan dampak positif dari sudut padang devisa negara. BNP2TKI mencatat perolehan devisa TKI 2012 sampai dengan bulan Mei mencapai Rp 40 triliun. Perolehan ini sungguh besar. Jika dilihat dari persentasi pemasukan APBN, remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menyumbang 10% atau menempati urutan kedua setelah migas.

Cukupkah Menjadi Sejahtera dan Pahlawan Devisa?
Semua masyarakat sangat berharga, hanya saja belum seimbangnya jumlah penduduk dan lapangan pekerjaan yang mengharuskan bangsa ini merelakan jiwa-jiwa potensial mengabdikan diri untuk bangsa lain.
Negara kuat karena rakyatnya, semakin banyak rakyat maka suatu negara akan semakin kuat. Ibarat sebuah proses membangun akan semakin cepat jika dikerjakan oleh banyak orang. Suatu angkatan perang dengan armada lebih banyak maka akan semakin kokoh. Sebuah logika yang logis dengan tetap mempertimbangkan variabel lain selain kuantitas, seperti kualitas, loyalitas dan banyak aspek lain. Lalu permasalahan adalah bagaimanakah nasib bangsa ini setelah melakukan ekspor besar-besaran tenaga. Banyak tenaga yang hingga di luar nusantara, membantu negeri sebrang dalam memajuka perekonomian, membuat negeri sebrang menjadi lebih produktif, sementara negeri sendiri masih berkutat pada peningkatan produktifitas yang seakan cuma merangkak.
Namun, belum mampunya negara ini memberika wahana bagi seluruh masyarakat untuk mendayagunakan potensi menjadi permasalahan besar. Tidak ada pilihan lain, memberikan akses masyarakat untuk bekerja di luar negeri merupakan salah satu opsi yang harus dipilih. Padahal tidak sebanding, potensi dan tenaga masyarakat dihargai dengan apapun. Menjadi sebuah ironi memang, di satu sisi dengan tenaga potensi yang mereka miliki, mereka dapat membantu mengangkat produktifitas negara. Tapi disisi lain, negara belum tau mau ditempatkan kemana potensi-potensi itu.
Bekerja ke luar negeri menjadi TKI memberikan pemasukan luar biasa pada negara. Jika dilihat dari persentasi pemasukan APBN, remitansi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) menyumbang 10% [ii]. Namun, jangan terlena dengan kondisi ini. Sekali lagi ditekankan bahwa tenaga potensial kita memiliki harga yang jauh lebih tinggi dari apapun. Namun karena memang tidak ada pilihan lain, mari berhitung untung ruginya. Kerugian sudah jelas, produktifitas negara lain meningkat dengan bantuan tenaga potensial masyarakat Indonesia. Berbicara mengenai keuntungan adalah adanya penambahan devisa dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Peningkatan devisa jelas, tapi meningkatkan kesejahteraan menjadi tanda tanya besar.
Cukupkah keuntungan tersebut? Jawabannya adalah cukup bersyarat. Cukup jika sudah tidak ada keuntungan lain yang dapat dioptimakan. Mari kita cermati keuntungan lain yang dapat diperoleh. Pariwisata adalah salah satu bagian penting dari Indonesia yang berpotensi mendunia. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang memiliki banyak budaya dah keindahan alam luar biasa. Namun sayang, potensi ini masih kurang terekspos sehingga masih sangat sedikit budaya dan fenomena alam yang menarik wisatawan. Dari sini dapat kita cium keuntungan besar yang dapat kita dapatkan dari keberadaan masyarakat kita di luar negeri.
Fitrahnya semua masyarakat memiliki kecintaan dan kebanggaan luar biasa terhadap bangsanya, termasuk juga TKI. TKI berada ditengah masyarakat luar negeri sehingga dapat menyampaikan informasi pariwisata face to face. Cara penyampaian informasi seperti ini sangat efektif karena berjalan dua arah sehingga informasi dapat disampaikan secara menyeluruh. Dapat dikalkulasikan pula, misal kontrak kerja TKI selama 2 tahun, dan akan bertemu berapa orang selama 2 tahun tersebut, dapat dipastikan akselerasi sebaran informasi perpariwisataan negeri ini meningkat tajam.
Ramainya wisatawan manca negara akan memberikan dampak positif. Lapangan pekerjaan akan meningkat dan akan lebih meningkatkan lagi devisa negara. Selain itu dengan amanah sebagai duta pariwisata yang disematkan maka gairah masyarakat untuk bersosial dengan warga negara asing juga akan meningkat sehingga tiap TKI akan memiliki jangkauan relasi yang luas. Sehingga akan memudahkan para TKI untuk saling bertukar informasi, bahkan memberikan kesempatan untuk membangun bisnis, bisnis di bidang pariwisata ataupun yang lain.

Daerah Istimewa Yogyakarta, Pariwisata, dan TKI-nya
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota yang berlebel istimewa di Indonesia. Buka main-main karena saat ini lebel “istimewa” karena melambangkan suatu keistimewaan luar biasa yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Istimewa budayanya, dengan masih tegapnya pemerintahan kraton. Banyak sekali peninggalan budaya berupa situs yang menjadi saksi perjalanan waktu.
Peta wisata Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukan tempat lokasi-lokasi wisata sangat cantik. Terdapat wisata pegunungan, wisata perkotaan, dan wisata pantai yang membujur dari utara ke selatan. Dipandang dari segi jarak, antar lokasi sangat nyaman dijadikan paket wisata. Hanya membutuhkan waktu 3-5 jam untuk menempuh perjalanan dari daerah wisata pegunungan di utara ke daerah wisata pantai di selatan. Rute perjalanan pun dapat diatur sedemikian rupa sehingga dalam 1 hari dapat mengunjungi lebih dari 4 lokasi wisata.
Meningkatkan radius sedikit, terdapat banyak sekali situs peninggalan jaman kerajaan berupa candi yang sangat menarik wisatawan. Dua candi besar yang memiliki daya tari paling tinggi adalah Cando Borobudur dan Candi Prambanan. Lokasi-lokasi di atas menunjukan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitar memang sudah dijadikan sebagai andalan. Sudah banyak wisatawan mancanegara yang berkuncung untuk menikmati wahana pariwisata. Akan tetapi ekspos informasi perpariwisataan di Daerah Istimewa ini dirasa masih belum optimal. Metode-metode promosi yang saat ini digunakan masih berbasis pada publish media. Padahal dengan banyaknya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang tersebar diseluruh dunia dapat menjadi sarana getok tular yang luar biasa. Data menunjukan sedikitnya 5.000 masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta menyebar ke negara lain menjadi TKI [iii]. Pengetahuan warga daerah tentunya sangat dalam terhadap perpariwisataan daerahnya. Oleh karena itu, info melalui putra daerah akan memberikan informasi lebih dalam. Calon wisatawan membutuhkan banyak informasi mengenai lokasi wisata seperti cuaca, keadaan sosial, dan sisi lain dari tempat pariwisata, tidak hanya sekilas saja seperti informasi melalui benner, poster, ataupun film. Pemberian informasi akan meningkatkan ketertarikan dan kemantaban calon wisatawan untuk berkunjung.
Jika 5.000 warga dapat diefektifkan untuk mempromosikan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka dapat dibayangkan informasi yang tersebar. Kondisi ini sangat menguntungkan daerah. Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta akan lebih dikenal. Bahkan untuk daerah indah yang belum dipublikasikan pun dapat teridentifikasi oleh masyarakat mancanegara melalui warga kita yang berada di sana.

Ada Rencana, Ada Masalah
Untuk merealisasikan peran TKI sebagai duta pariwisata daerah harus memperhatikan banyak hal. Permasalahan yang nampak adalah belum terbukanya pikiran TKI bahwa publish pariwisata daerahnya merupakan suatu hal yang penting. Mereka belum berfikir mengenai imbas positif jika banyak wisatawan yang datang ke daerahnya. Jarang ditemukan perbincangan masyarakat dengan warga asing membahas tentang keunikan, keelokan, ataupun keindahan pariwisata di daerahnya. Padahal dengan perbincangan ringan tersebut tersebut dapat menarik minat lawan bicara yang semula tidak berfikir menjadi ingin datang berwisata.
Selain itu, wawasan mengenai perpariwisataan di daerah sendiri pun kadang tidak menyeluruh. Beberapa aspek penting yang menarik tidak terlalu dikuasai oleh putra daerah sehingga ketika ditanya oleh orang lain pun jawabanya tidak memuaskan. Membuat orang yang sebelumnya tertarik menjadi urung datang ke lokasi wisata karena meragu. Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat berpotensi untuk menarik perhatian wisatawan karena tidak hanya menarik secara mata tapi juga sangat menarik secara sejarah dan kekentalannya dengan mistik. Seperti halnya anak tangga menuju makam raja-raja Mataram di Imogiri yang tidak dapat dihitung, kisah mistik Nyai Roro Kidul di Parangtritis, Goa kecil tapi dapat dijadikan sebagai tempat persembunyian Pangeran Diponegoro, Candi dengan sejarah pembuatan yang sangat luar biasa dan masih banyak lagi.
Masalah lain adalah konsentrasi TKI saat berada di luar negeri adalah bekerja. Mengumpulkan materi sebanyak mungkin untuk dibawa pulang ke nusantara dan dijadikan modal. Kondisi ini membuat kesempatan mereka dalam mempopulerkan pariwisata terhambat oleh waktu. Ditambah lagi dengan tidak adanya mandat yang menyerukan TKI untuk mempopulerkan pariwisata. Dalam budaya jawa kita ketahui bahwa masyarakat akan merasa nyaman dan tanggung jawab ketika “diuwongke” atau dalam artinya di minta. Pada dasarnya masyarakat jawa senang membantu asalkan terdapat pembicaraan yang baik dan jelas.

Optimalisasi Pahlawan Devisa untuk Populerkan Pariwisata
Perluasan peran TKI untuk membantu mempopulerkan pariwisata harus segera dilakukan. Potensi banyaknya calon TKI yang akan berangkat pada tahun-tahun berikutnya harus disiapkan dengan memberikan misi turut mempopulerkan perpariwisataan daerah. Misi ini harus diberi tekanan, bahkan akan sangat baik ketika dikatakan sebagai tugas negara. Dengan adanya kata tugas daerah masyarakat akan lebih getol dalam mempopulerkan perpariwisataan karena inilah yang dimaksud dengan “diuwongke”.
Semangat yang dipacu dengan pemberian tugas pada TKI baru menjadi syarat perlu, belum mencakup seluruh syarat. Persiapan matang yang menyeluruh harus dilaksanakan guna ketercapaian misi. Mencermati masalah yang terpapar pada subbab sebelumnya maka perlu diadakan pembekalan untuk meningkatkan wawasan pariwisata daerah. Dengan kata lain, wawasan pariwisata merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh TKI. Penting karena dengan terpenuhinya kompetensi ini maka TKI dapat mempopulerkan lokasi wisata secara detail dan menarik. Pemerintah harus mengontrol kompetensi ini. Untuk mewujudkannya maka pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga untuk menyiapkan TKI yang memiliki wawasan pariwisata mumpuni. Pengukuran kompetensi dapat dilakukan dengan test tertulis ataupun presentasi yang kelulusannya akan dinyatakan dalam bentuk sertifikat.
Reward adalah sesuatu yang dapat melecutkan semangat individu untuk melakukan sesuatu. Adanya penghargaan akan membuat TKI bersemangat dalam mempopulerkan pariwisata. Adanya reward juga akan membuat TKI menyisihkan sedikit orientasi utamanya (bekerja) untuk membatu daerahnya dalam mempopulerkan pariwisata. Masyarakat menyukai reward materi yang diterima secara langsung. Oleh karena itu, pemerinta harus menyiapkan suatu produk berupa sistem yang dapat memberika reward pada setiap TKI yang berhasil mengundang wisatawan. Cara strategis adalah membuat produk paket travelling yang dapat mengidentifikasi siapakah tenaga kerja indonesia yang telah merekomendasikan wisatawan tersebut untuk diberikan apresiasi. Untuk meningkatkan semangat TKI dalam mempromosikan pariwisata, alangkah baiknya juga diadakan reward komulatif yang merupakan rekap hasil kerja selama setahun. Reward ini berupa predikat tahunan yang akan melecutkan semangat tiap TKI untuk berkompetisi mempopulerkan pariwisata daerah. Adapun bagan umum alur produk paket travelling adalah sebagai berikut,



Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keuntungan tourism memilih produk ini untuk travelling mereka. Produk ini harus dikemas semenarik mungkin agar torism merasakan suatu keharusan memilih produk ini. Misal dengan produk ini maka harga lebih terjangkau atau produk ini menawarkan guide profesional dan safety travelling yang menjanjikan. Dengan demikian maka akan memudahkan TKI untuk promosi wisata daerah dan perpariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta akan semakin jaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar