Social Icons

Pages

Rabu, 21 Desember 2016

PENGALAMAN LOLOS SELEKSI BEASISWA LPDP BATCH IV 2016



Alhamdulillah, diberikan karunia pada tanggal 9 Desember 2016 dinyatakan lulus seleksi substasi LPDP batch IV tahun 2016. Untuk itu dengan niat baik (insya Alloh) ingin berbagi cerita dan beberapa simpulan proses selama seleksi pada teman-teman. Harapan saya artikel ini dapat memberikan gambaran dan Semoga teman-teman yang ingin mendaftar beasiswa diberikan kelancaran. Aamiin
Awal mula ...
Siang hari, pada saat silaturahmi dengan dosen saya sewaktu S1 dan S2, saya diberikan sejumlah uang. Beliau berkata “ini janji saya mas, buat les bahasa Inggis”. Beliau memang pernah berucap demikian tapi saya malah kelupaan hehehe. Maklum ini mahasiswa dengan modal bahasa Inggris pas-pasan (kacau ding tepatnya). Beliau menyarankan saya untuk meningkatkan nilai TOEFL dan lanjut doktoral lewat beasiswa LPDP. Ini yang bikin saya bingung, dikasih uang je, abot sanggane dalam bahasa mBantul. Akhirnya terpaksalah saya memotivasi diri untuk serius belajar bahasa Inggris.
Domisili saya di Kudus dan ternyata susah sekali mencari tempat les bahasa Inggris disini. Ada tapi mahal dan ribet. Coba teman-teman bayangin aja, mau prediksi skor TOEFL aja 300 ribu. Halooo di jogja gratis nih..hehe. Akhirnya uang anggaran les saya simpan dan menunggu momentum tepat buah les di Jogja. Menunggu momentum karena maklum bapak-bapak sayang anak istri jadi untuk ke jogja lama ya mikir-mikir. Tepat sebelum lebaran istri liburan panjang dan inilah saatnya mudik ke rumah ibuk di jogja, sama anak istri, sambil les.
Agustus saya ambil TOEFL ITP dan september hasilnya keluar, alhamdulillah bisalah untuk daftar LPDP tahap IV yang berakhir di bulan Oktober. Saya ambil jalur Afirmasi Prestasi, lumayan karena ada iming-iming pengayaan bahasa dan TKD. Saya mantabkan diri saya untuk mendaftar beasiswa tersebut dan hasil dari beberapa diskusi saya memutuskan mengambil doktoral PEP di UNY. Dari S1 kok di UNY terus apa gak bosen ya? Dari TK kok sekolah di jogja terus apa gak bosen ya?hehehe... Nampaknya tidak.
Menyiapkan Administrasi...
Persiapan administrasi dimulai dengan hasil TOEFL ITP di tangan. Kemudian saya mulai membuat dokumen kependudukan yang fix. Saat itu saya masih sebagai warga Bantul, karena sudah berdomisili di Kudus selama hampir 3 tahun maka saya lakukan mutasi kependudukan. Sambil wira-wiri mengurus dokumen kependudukan sekalian saya menyiapkan surat rekomendasi. Saya memilih 3 rekomendator yang benar-benar mengenal saya dan ketiganya memiliki latar belakang berbeda. Pertama adalah dosen yang sekaligus pembimbing skripsi dan tesis saya sebagai akademisi, kedua adalah pimpinan Dria Manunggal sebagai praktisi pendidikan yang merupakan guru saya dalam banyak diskusi, dan ketiga adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang merupakan guru dan pembimbing saya saat SMA. Alhamdulillah semuanya berkenan memberikan rekomendasi, namun berat juga imbalannya, ketiganya kompak melalui program doktoral saya harus menjadi pribadi yang istimewa (tidak biasa-biasa saja).
Persiapan selanjutnya adalah membuat esai tentang konstribusi bagi bangsa, sukses terbesar, dan proposal desertasi. Poin-poin dalam esai tersebu semua saya mengacu pada pedoman, jadi ayo teman-teman yang mau daftar bisa dicicil dari sekarang, ada di pedoman. Dalam esai konstribusi terbesar aya ceritakan perjalanan hidup saya mulai dari SMP hingga selesai S2 dan apa yang telah saya lakukan, konstribusi untuk diri sendiri, keluarga, institusi, dan masyarakat. Saya coba share prestasi, pengalaman riset, dan pengabdian masyarakat yang pernah saya lakukan. Tentang esai sukses terbesar adalah saya ceritakan hal yang saya cita-citakan. Singkatnya inti esai saya adalah kecemerlangan yang berbasis pada keseimbangan peran dalam keluarga dan dedikasi untuk negara. Dan yang terakhir proposal desertasi saya tonjolkan suatu permasalah krusial dan solusi logis untuk menyelesaikan.
Surat rekomendari beres, dokumen kependudukan beres, saya lapor ke LPDP melalui cso.lpdp@kemenkeu.go.id bahwa saya telah berganti alamat. Akhirnya sama kirimkan scan KTP dan data saya. Sambil menunggu saya pantengin syarat-syarat di buku panduan dan saya siapkan semua file hasil scan nya. Beberapa dokumen yang harus dicari seperti surat sehat dan bebas narkoba saya coba siapkan. Setelah menunggu agak lama, sekitar seminggu dokumen telah terudate (agak lama karena mungkin mendekati batas akhir pendaftaran jadi sibuk sekali. Akhirnya saya daftarnya kan upload semua data dan dokumen, yang belum hanyalah surat bebas narkoba. Setalah data terunggah saya coba baca ulang dan wooow ada yang salah, NIK saya yang seharusnya 340206xxxxxx0001 malah cuma tertulis 340206xxxxxx000, padahal tinggal sekitar seminggu lagi batas waktu pendaftaran, pucat ini. Mencoba untuk tenang saya sambi melengkapi syarat lain yaitu surat bebas narkoba. LPDP bilang bahwa harus dari rumah sakit namun apa daya di Kudus cuma POLRES yang melayani penerbitan surat bebas narkoba. Akhirnya saya ambil surat bebas narkoba dari POLRES untuk saya unggah. Dalam hati beres, semua syarat sudah, begitu NIK update langsung submit. Sehari sebelum hari terakhir, sudah muncul waktu hitung mundur di web pendaftaran LPDP, belum juga NIK saya terupdate, akhirnya saya putuskan email dan telp ke LPDP dan dari pihak LPDP menyapaikan tidak apa-apa, NIK bisa diklarifikasi pada saat seleksi substansi jika lolos karena memang lapak tahap IV sudah hampir tutup. Akhirnya saya submit dan saya cetak formulir pendaftarannya, harap-harap cemas lihat NIK di formulir pendaftaran. Ternyata lihat di akun, wah beberapa saat kemudian NIK saya telah terupdate, pucat lagi, menyesal kenapa terburu-buru submit. Bingung, lalu coba cek dan cetak ulang formulir ternyata NIK ikut berubah. Alhamdulillah leganya...hehe...
Apakah masalah NIK selesai? Konyol sekali ternyata NIK masih salah. NIK yang seharusnya 340206xxxxxx0001 tertulis 360206xxxxxx0001 setelah saya cek, ini mutlak kesalah saya karena waktu klarifikasi saya memang menulisnya 360206xxxxxx0001. Pucat pangkat tak hingga ini, lesu dan takut tidak lolos gara-gara hal aneh ini (saya ding yang aneh...hehe). Langsung konfirmasi ke LPDP untuk klarifikasi dan saya pastikan kali ini benar (ribut-ribut hari akhir pendaftaran). Hanya bisa pasrah karena tidak mungkin update data diri bisa sehari jadi, Ah sudahlah rejeki tidak kemana.
Namun, taraaa. Ajaib juga ternyata apa yang disampaikan LPDP bahwa NIK dapat dikonfrmasi pada saat tes substansi (tidak mempengaruhi di akun saya) benar. Alhamdulillah lolos administrasi untuk seleksi substansi.
Hal yang saya kagumi dari LPDP adalah CSO sangat komunikatif, menghargai semua pertanyaan, walaupun banyak pertanyaan saya yang gak penting...hehehe
Tips Seleksi Administrasi...
1. Isi data diri anda dengan cermat, jangan sampai ada yang salah
2. Komunikasikan langsung dengan LPDP melalui cso.lpdp@kemenkeu.go.id jika ada masalah, kesulitan, atau kebingungan
3. Buatlah esai dengan jujur (no plagiat), jadilah diri sendiri, dan tunjukan sisi unik anda
4. Untuk esai, idealis silahkah namun harus realistis pula. Ukurlah sesuatu sampai pada batas limit anda, besar namun tetap reailistis untuk dicapai
5. Download buku panduan, haram hukumnya tidak menguasai konten pada setiap halaman buku panduan (seremnya...hehehe). Panduan bisa download di http://beasiswa.lpdp.kemenkeu.go.id/
6. Ingat, surat sehat dan bebas narkoba dari RS pemerintah
7. Minta doa restu orang tua, sodara, dan keluarga

Ada sedikit hal yang akan saya sampaikan mengenai penulisan esai. Teman-teman sekalian sebaiknya menjadi diri sendiri. Jangan pernah menganggap diri anda tidak menarik (konteksnya adalah melamar LPDP). Saat berbincang dengan istri, muncul kalimat kemampuan evaluasi diri, kemampuan selfi. Kita semua pada dasarnya memiliki sisi baik, sedang, dan buruk tinggal bagaimana kita mengemas pada sebuat tulisan agar menarik. Lugasnya adalah tonjolkan hal-hal baik, berikan rencana peningkatan bagi hal-hal sedang, dan buat antisipasi bagi hal-hal kurang baik. Terkadang kita perlu banyak penjelasan agar orang lain paham pada diri kita. Jadi jangan takut mendeskripsikan diri dengan sudut pandang yang tidak biasa.
Misal, apakah orang miskin yang lulus cumlaude lebih hebat dari orang kaya yang lulus cumlaude? Jawabnya tergantung cara menyampaikannya. Orang yang miskin bisa bilang bahwa dengan segala keterbatasan finansial dia mampu meraih prestasi akademik cemerlang. Orang yang kaya dapat bilang bahwa dengan godaan fasilitas seperti smartphone dan uang saku berlebih dia tetap dapat meraih prestasi yang cemerlang, bahkan dengan segala fasilitas dia tetap dapat menahan diri untuk pampil sederhana. Bagus mana? Sama bagusnya bukan?
Banyak hal-hal yang tidak kita sadari pada diri kita yang sebenarnya merupakan suatu nilai plus. Mungkin harus sering selfi...hehehe
Seleksi Substansi...
Berikut video lokasi seleksi substansi LPDP Yogyakarta ...

Lokasi seleksi substansi yang saya pilih adalah Yogyakarta, di Gedung Keuangan Negara daerah Kusumanegara. Lumayan deg-deg an dan tidak ada bayangan sama sekali apa yang akan muncul. Saat persiapan saya mencoba bertanya-tanya tentang kasus aktual untuk menghadapi LGD dan Esai. Lagi rame Ahok sama Mario Teguh, lalu saya coba menengok lebih ke belakang ada kasus Arcandra Tahar dan harga BBM, mencoba menilik kedepan ada pemilukada serentak. Untuk seleksi wawancara saya coba pahami visi, misi, tujuan, dan alasan saya ambil program doktoral dengan referensi tulisan esai yang saya upload dan mengingat-ingat hal-hal masa lampau.
Dapat jadwal menulis esai on the spot dan LGD tanggal 16 November 2016. Saya dapat kelompok 5B dan diminta untuk masuk ruang esai bersama kelompok 5A dan 5C. Kelompok 5B duduk di baris tengah, kemudian diberikan lembar jawab dan kertas kecil bertuliskan dua tema. Taraaa yang pertama adalah kasus dwikewarganeragaan Arcandra Tahar dan kasus reklamasi. Karena saya tidak terlalu paham kasus reklamasi, tema tersebut langsung saya cueki. Fokus langsung menuju pada tema dwikewarganegaraan Arcandra dan Gloria yang diberikan deskripsi kasus sedikit. Aplicant diminta untuk memposisikan diri pro dwikewarganegaraan atau tidak.
Ada berbagai teknik penulisan esai, dan saya cara dengan alur pikir berupa tema, dan satu tema saya kembangkan menjadi beberapa inti paragraf. Misal saya kontra terhadap dwikewarganegaraan, yang harus saya kemukakan adalah pendahuluan berupa kasus, potensi kasus yang akan terjadi, kesesuaian kebijakan dan cara pandang kita, dan alternatif solusi lain. Jika satu tema menjadi minimal 2 paragraf tampaknya sudah dapat menjadi paparan ide yang cukup detail dan mudah dipahami. Cara ini menurut saya cukup efektif karena waktu yang disediakan sangat terbatas yaitu 30 menit dan saya memiliki kelemahan agak lama dalam menulis tangan. Cara tersebut menurut saya juga relatif mudah dibawa mengalir. Tema dapat tersimpan di otak dengan mudah sehingga ada guide untuk menulis setiap paragraf.
Dengan cara tersebut saya dapat menyelesaikan tepat waktu, dengan paparan konten sesuai dengan harapan saya. Kebetulan juga tepat menghabiskan dua halaman kertas yang tersedia.
Kluar dari ruang esai, kami langsung digiring masuk ke ruang LGD. Saya sama sekali tidak tahu apa itu LGD (persiapan yang sangat minim). Pokoknya persiapan saya hanya nonton dan baca berita gosip pemerintahan. LGD sebenarnya mudah ditebak dari namanya, singkatnya kelompok diskusi. Pada saat itu saya diberikan kasus Brain Drain beserta dengan data yang rujukannya jelas, kalau tidak salah ingat kompas rujukannya. Saya langsung segera mencermati semua isi informasi.
Lalu dimulailah diskusi, sebelah saya langsung memulai diskusi dengan cara yang unik menurut saya (ternyata dia sudah ikut simulasi LGD, waduuuh sungguh saya sangat kurang apdet). Ah pokoknya saya nyantai aja dan saya fokus sama cara berpikir saya. Masukan sebelum seleksi yang saya dapatkan adalah jangan mendominasi, jangan menyalahkan, dan jangan ngotot (singkatnya bikjaksanalah). Hal pertama yang saya munculkan adalah mengenai teknik sampling data di artikel tersebut (harapan saya ini akan membuat teman-teman kritis terhadap simpulan di artiket, jangan-jangan Cuma asumsi saja) dan yang kedua saya kemukakan alasan kenapa brain drain itu ada lewat sudut padang budaya dan karakter masyarakat Indonesia.
Diskusi berjalan dan lumayan asyik, namun statemnt saya yang pertama sama sekali tidak dilirik, hanya yang kedua yang membuat teman-teman agak tertarik. Okelah brarti saya di kesempatan kedua bicara harus lebih tajam ke unsur karakter dan budaya, masalah temuan di artikel itu benar atau salah sudah lupakan saja. Walaupun saya ngganjel, menyimpulkan brain drain kok pakai angket dan populasinya masyarakat diatas 17 tahun, orang usia 18 tahun tahu apa tetnag kasus itu, orang usia 21 tahun tahu apa tentang itu? Harusnya kan batasan populasinya lebih sempit lagi (emosi ini...hahaha). Tapi ya sudahlah... Di kesempatan kedua berbicara saya coba memberikan variasi fakta lain tentang karakter dan budaya untuk mencegah kasus tersebut. Selesai, agak kurang puas tapi okelah, lancar.
Masuk hari berikutnya, tanggal 17 November 2016, pagi jadwal saya verifikasi data dan siang wawancara. Untuk verifikasi saya siapkan surat bebas narkoba dario RSUD Bantul (pas daftar saya pakai dari POLRES Kudus) karena syaratnya dari rumah sakit pemerintah, daripada kena masalah. Alhamdulillah lancar jaya verifikasi. Nyantai aja, asalah semua file asli dan sesuai ketentuan insya Alloh benes deh.
Selanjutnya wawancara, tahap yang paling membuat saya deg-deg an. Saran yang saya dapatkan sebelum wawancara adalah pelajari esai dan proposal desertasi. Oke siap saya laksanakan. Tapi tetep deg-deg an karena tidak ada kisi-kisinya (hahaha...kaya anak SMA mau UN, minta kisi-kisi). Masuk, dengan membawa semua berkas yang saya rasa bisa mendukung, karena saya lewat jalur afirmasi prestasi saya bawa semua sertifikat, saya cari foto-foto pas menang lomba dan dicetak, dan saya bawa jurnal publikasi beserta printout media cetak yang pernah meliput saya. Dimulai dari perkenalan, Nama, saya yatim sejak TK, sekolah di bla...bla...bla..., sekolah dan kuliah sambil kerja, kuliah sambil nikah, bla...bla...bla Tampaknya pewawancara lebih tertarik dengan perjalanan hidup saya. Selama wawancara hanya berkutat pada perjalanan hidup saya. Pertanyaan tajam ditembakan ke saya,

Kenapa di UNY?
Ada beberapa alasan, satu keluarga. Saya inginya dapat mengembangkan diri melalui studi S3 dan tetap dapat dekat dengan anak istri, dan yang paling memungkinkan adalah di Jogja
Takut ditinggal istri ya?
Alasan utama saya bukan masalah ketakutan, tapi lebih pada mempertahankan fungsi saya sebagai seorang suami dan ayah
Istri dan Anak kan bisa diajak!
Sayangnya itu sangat sulit karena istri sudah kerja menetap
Gak bosen, apa cari aman?
Lantang saya jawab, tidak ada kebosanan, saya selalu mendapatkan ilmu baru pada setia fase kuliah.
Nanti gak tahu dunia luar?
Saya selalu terbuka dan mencoba membuka diri, lewat berbagai kompetisi dan komunitas saya bergaul dengan teman-teman dari univ lain.
Lalu bla...bla...bla... lanjut ke pertanyaan lain. Masih panjang sih...
Setelah banyak hal yang ditanyakan, pewawancara menyatakan sudah selesai. Namun saya memohon ijin untuk menunjukan dokumen prestasi saya, saya keluarkan beberapa majalah yang pernah meliput saya. Komennya, lho ini foto dulu pas masih kurus ya? Pas belum nikah ya? (hehee...santai saja, kadang guyon juga kok). Walaupun banyak dokumen andalan yang belum saya tunjukan jadi sebenarnya juga agak menyesal. Tapi okelah, rizki tidak akan salah masuk kamar. Hehehe...
Keluar ruang dengan wajah biasa saja karena tidak ada gambaran khusus tentang hasilnya, masih bisa dimaksimalkan (dalam hati) tapi secara umum sudah sangat lancar (dalam otak).
Tips Seleksi Substansi...
Untuk esai hal yang bisa saya bagi adalah...
1. Akrablah dengan beberapa kasus setahun terakhir bisa dengan baca koran, lihat tv, atau internet.
2. Sering diskusi dengan masalah-masalah tersebut, kalau saya sih diskusi dengan bapak mertua dan istri, kadang anak ngamuk lagi main-main malah ngobrol politik. Hehehe
3. Berlatihlah mengemukakan pendapat anda lewat tulisan, biar cara berpikir dan wawasan masuk ke longterm memory.
4. Coba pelajari trik menulis esai, bisa seperti saya atau pakai mainmap dulu, pilih yang paling nyaman dan latih terus.
5. Santai saja saat masuk ruang, usaha tidak pernah berkhianat pada hasil, Insya Alloh semua yang anda lakukan sudah maksimal
Untuk LGD hal yang bisa saya bagi adalah...
1. Secara substansi sama dengan esai, hal yang anda latih untuk esai insya Alloh juga dapat untuk latihan FGD (paling penting adalah latihan menanggapi masalah).
2. Awali FGD dengan statement murni yang ada di pikiran andasaat itu, yang anda rasa benar-benar tajam namun kemas dengan bahasa yang baik dan mudah dimengerti. Sangat baik jika ide, wacana atau gagasan anda dapat menarik bagi teman-teman.
3. Cermati dengan baik diskusi yang berjalan, lihat dengan jeli bagaimana cara berpikir teman-teman anda dan tambahkan beberapa ide yang dapat membuat diskusi lebih menarik.
4. Santunlah, bukan menang-menangan kok, tapi lebih pada membangun suasana diskusi yang baik.
Untuk wawancara hal yang bisa saya bagi adalah....
1. Pastikan persiapan anda matang dan doktrin otak anda bahwa segala persiapan sudah yang terbaik
2. Grogi pasti tapi usahakan santai
3. Masuk dengan ramah, tunjukan wajah yang antusias, sopan, dan jangan bawa kepercayaan diri lebih dari berat badan anda (guyon ini, jangan berlebihan PD nya ya).
4. Mempertahankan argumen silahkan namun membantah usahakan jangan. Perhatikan dengan cermat pewawancara, beliau dosen, sendainya menyarankan tentang karir dan sebagainya jelas lebih paham, jadi hati-hati dalam mempertahankan argumen
5. Tampilkan hal yang menarik pada diri anda, sudah saya sampaikan di atas banyaklah selfi. Tunjukan bahwa anda itu layak jadi penerima beasiswa, anda memiliki nasionalisme, ketahanan dan orang yang taat pada agama, dan anda memiliki motivasi tinggi untuk mengabdikan diri pada kepentingan umum.
6. Bawa senjata yang bisa membuat anda tenang, orang ke hutan selalu bawa golok biar tenan, walaupun tidak terpakai. Senjata buat wawancara bukan golok lho ya, dokumen-dokumen andalah anda

Untuk memulai seleksi substansi jangan lupa minta doa restu orang tua, sodara, dan keluarg ya...

Beasiswa adalah bersumber dari uang rakyat, jika anda hanya ingin pintar saja urungkan niat mendaftar besasiswa, apalagi anda hanya kepengen seperti teman anda dapat kuliah S2 atau S3, urungkan saja niat anda. Menjadi pribadi yang lebih baik agar dapat berguna dan berbakti pada keluarga, agama, dan negara adalah modal niat untuk mendapat beasiswa.
Semoga sukses ...