Social Icons

Pages

Jumat, 13 November 2015

Kudus, Kota Masjid





50 kilometer arah timut semarang melalui pantura dapat dijumpai pintu gerbang masuk kota kecil yang memiliki kekayaan budaya besar. Pintu gerbang masuk kota ini tidak biasa yaitu sebuah daun tembakau raksasa bertuliskan Kudus kota kretek. Kemegahan pintu masuk akan semakin indah saat malam hari karena hiasan lampu beraneka-ragam warna bersaut-sautan dengan harmonis menyorot tembakau raksasa. Pintu gerbang tersebut menegaskan bahwa kota terkecil di Jawa Tengah dengan luas 425,16 km2 merupakan kota industri yang menyumbang banyak pemasukan pada negara.

Dari sudut pandang lain, Kudus adalah sebuah kota yang dapat dikenal dengan unsur religinya. Kota ini sangat erat dengan dua Sunan yang sangat berperan dalam penyebaran Islam di Nusantara yaitu sunan Muria dan sunan Kudus. Nuansa kental Islam masuk terpelihara dengan sangat baik di Kudus. Salah satu pemandangan khas bernuasa Islam adalah jadwal belajar siswa. Jika di daerah lain, minggu adalah hari dimana siswa melepas penat urusan sekolah, di Kudus tidak demikian. Hari minggu adalah hari biasa dimana lalu-lalang siswa-siswa sekolah adalah pemandangan biasa. Banyak sekali sekolah yang memanfaatkan hari Jumat sebagai hari libur untuk siswa. Demikian nampaknya dipengaruhi oleh banyaknya pondok pesantren dan sekolah keagamaan di Kudus.

Kota Kudus sangat terkenal dengan wisata religinya. Terdapat dua kutup wisata religi di Kudus yaitu di Menara Kudus (Sunan Kudus) dan di gunung Muria (Sunan Muria). Dua lokasi ini tidak pernah sepi pengunjung yang mayoritas adalah peziarah. Menara Kudus sebagai icon sentral Kudus berada di pusat kota. Menara Kudus adalah bagian dari area wilayah makam Sunan Kudus yang juga terdapat Masjid Menara. Siang ataupun malah, lokasi ini selalu padat pengunjung yang identik dengan baju muslim lengkap dengan pecinya. Makam Sunan Muria terletak di lereng Gunung Muria di Kabupaten Kudus Jawa Tengah atau tepatnya beralamat di Desa Colo Kecamatan Dawe Kab. Kudus. Suatu lokasi di tepi utara kota Kudus yang langsung berbatasan dengan Jepara dan Pati. Relatif jauh dari pusat kota, lereng gunung Muria tidak kalah ramai dibanding kompleks Masjid Menara. Banyak sekali peziarah yang memadati lokasi tersebut siang dan malam. 
Pengaruh dakwah Islam yang digangkan oleh Sunan dan berbagai pemuka agama ratusan tahun silam nampaknya masih menyatu dalam karakter warga Kudus. Hal yang sangat jarang di lokasi lain adalah menjamurnya Masjid di kota ini. Ciri khasnya adalah masjid dengan desain megah dan luas. Bahkan jika dibandingkan dengan lokasi lain, masjid desa di Kudus sudah “layak” menjadi “masjid agung” di lokasi lain. Contohnya adalah Masjid Baitul Hidayah di desa Menawan, Gobog yang memiliki luas bangunan 625 m2 dengan kapasitas 650 jamaah.

 

Keselatan kurang dari 5 km ada masjid indah lain yaitu Masjid Taqwa. Masjid ini dibangun diatas lahan seluas 1500 km persegi dengan luas bangunan 702 km2. Interior dan material terlihat sangat prima dengan lahan luas dan teduh.








Dan masih banyak lagi masjid indah di Kudus. Pembaca sekalian dapat melihat link youtube berikut.



Melalui sebuah penelusuran berbagai masjid desa di Kudus memiliki biaya pembangunan diatas 1 milyar rupiah. Bahkan tidak jarang masjid yang membutuhkan dana di atas 3 milyar dalam proses pembangunannya. Mengejutkannya, masjid-masjid desa tersebut dibangun dengan sumber biaya dari masyarakat sekitar. Mungkin ini adalah fenomena langka dimana masyarakat dapat meluangkan hartanya sehingga bisa terkumpul dengan nominal 10 digit rupiah.

Misi dari pembangunan masjid beraksitektur indah adalah agar masyarakat lebih senang untuk meramaikan masjid. Pengelolaan juga sangat baik, masjid yang pada dasarnya sudah indah dirawat dengan baik pula sehingga lokasi masjid-masjid di Kudus sangat kondusif untuk ibadah.
Bukan merupakan masjid pemerintah ataupun masjid instansi yang dapat membuat anggaran belanja secara mudah, masjid-majid “desa” di Kudus dibangung dengan durasi waktu yang relatif lama. Perlahan panitia menghimpun dana untuk mencukupi kebutuhan pembangunan. Mengamati fakta tersebut kita dapat berkesimpulan bahwa masyarakat tidak hanya dapat menyumbang secara tapi dapat menyumbang secara kontinu dan terprogram. Barang tentu kondisi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung dengan karakter dan niat dari masyarakat.
Fakta tidak biasa tersebut menunjukan bahwa Kudus merupakan sebuat miniatur kota dengan karakter masyarakat yang religius dan memiliki semangat gotong-royong. Masyarakat religius jelas akan menyelaraskan kepentingan dunia dan akhirat, nampak dari sebuah niatan kuat untuk Sali bahu membahu menyisihkan rizki dalam pembangunan tempat ibadah. Pembangunan suatu lokasi peribadatan tentu jauh dari unsur komersil. Proses pembangunan yang lama membutuhkan kerjasama antar masyarakat. Saling bahu-membahu adalah solusi tunggal untuk menyelesaikan misi pembangunan masjid. Disitulah nampak semangat gutong-royong dalam nuansa kerukunan antar warga.
Pemerintah Kudus dapat mencermati fenomena sosial yang luar biasa ini. Fenomena yang sangat langka terjadi di negara berkembang, disaat masyarakat menjerit harga kebutuhan pokok terus meningkat, pembangunan saraha ibadah tidak macet. Berarti ada motivasi lain yang mendorong masyarakat dalam mengelola pendapatan pribadi. Satu sumber motivasi yang paling logis adalah motivasi yang muncul dari umat ke Rob nya. Pemerintah dapat mengeksposnya dalam kemasan wisata dengan misi menyebar kebaikan di lokasi lain.
Wisata masjid adalah suatu brand yang mungkin dimunculkan. Masjid adalah produk nyata dari dedikasi umat untuk agamanya. Masjid adalah produk nyata sikap yang jauh dari unsur kapitalis. Melihat masjid yang sangat banyak dan megah tentu akan membuat pengunjung tercengang, terlebih jika tahu sumber dana pembangungan adalah swadaya masyarakat. Tentu masyarakat daerah lain akan bertanya-tanya bagaimana cara mengumpulkan dana sedemikian besar. Dengan demikian maka Kudus dapat menjadi suatu kota religi percontohan.
Untuk mengekspos keunikan masjid-masjid dan pola pembangunannya, pemerintah Kudus harus mempersiapkan wadah. Dewasa ini wadah yang paling mudah untuk menyiramkan isinya seluruh penjuru adalah media online. Informasi mengenai identitas, kapasitas, sejarah pembangunan masjid, anggaran pembangunan, rancangan pembangunan dan realisasi harus ditayangkan. Saat ini memang hanya masjid dengan nilai sejarah tinggi yang biasa dikunjungi, namun masih belum ada suatu wisata masjid yang memberikan efek kedepan. Wisata masjid-masjid di Kudus dapat dijadikan wahana edukasi dan memberikan motivasi bagi pengunjung agar dapat menerapkan pola dan hasil yang sama atau bahkan lebih.
Kudus Membangun,
Menularkan kebaikan,
Dari kudus untuk Indonesia