Social Icons

Pages

Rabu, 30 Maret 2011

SERIAL PENGANUGRAHAN PEMENANG LKTI PT HUTAMA KARYA (PERSERO) TAHUN 2011


Penganugrahan pemenang LKTI Hutama Karya dalam rangka HUT ke-50 dilaksanakan tepat dengan hari ulang tahun PT Hutama Karya yaitu Selasa, 29 Maret 2011. Namun semua pemenang sudah diberangkatkan sejak hari Senin, 28 maret 2011. Pada acara ini 8 pemenang diundang untuk mengikuti 2 acara,
  1. Penganugrahan pemenang LKTI di Kantor Pusat PT Hutama Karya
  2. Stakeholder gathering di grand ballroom Hotel Gran Melia Jakarta
Cerita bermula dari kedatangan, pemenang komplit datang pada senin malam. Pagi jam 10.30 peserta dijemput mobil panitia dari hotel park menuju kantor pusat PT Hutama karya. Pada saat ini suasana antar pemenang jauh lebih akrab dibandingkan saat acara presentasi. Jam 11.00 acara penganugrahan dimulai pemanggilan pemenang mulai dari ketogori mahasiswa dengan,
Juara 1: Dimas Okky Anggriawan (ITS)
Juara 2: Achmad Ferdiansyah P.P (ITS)
Juara 3: Aza Nur Fauzi dan Juwita Ayu Indah Pratiwi (UNS)
Juara Harapan 1: Sketsa Ultra Pelangi, Sugeng Riyadi, dan Fendi Setyawan (UnBra)

Selanjutnya pemanggilan pemenang dari kategori umum
Juara 1: Remi Fitriadi Kurnia (PT Hutama Karya)
Juara 2: Mevandita Widi D (PT Hutama Karya)
Juara 3: Janu Arlinwibowo dan Muh. Nur Huda (Peneliti dan Pengamat)
Juara Harapan 1: Satriyo Krido Wahono (LIPI)

Atas (kiri ke kanan): Dimas Okky Anggriawan (Juara 1), Achmad Ferdiansyah P.P (Juara 2), Aza Nur Fauzi dan Juwita Ayu Indah Pratiwi (Juara 3), Sketsa Ultra Pelangi, dan Fendi Setyawan (Juara Harapan 1)
Bawah (kiri ke kanan): Remi Fitriadi Kurnia (Juara 1), Mevandita Widi D (Juara 2), Janu Arlinwibowo (Juara 3), dan Satriyo Krido Wahono (Juara Harapan 1)

Acara penganugrahan ditutup dengan foto antara pemenang LKTI dengan pejabat-pejabat intern PT Hutama Karya. Namun sayangnya ada dua anggota kelompok pemenang yang tidak bisa hadir yaitu, Muh. Nur Huda dan Sugeng Riyadi.

Setelah penganugrahan pemenang interaksi antar pemenang semakin cair, nuansa kekeluargaan mulai terbangun hingga naluri keartisan masing-masing pemenang mulai meluap-luap (lebai...hehehe). Untuk mengisi waktu sebelum acara stakeholder gathering para pemenang mulai beraksi di depan kamera. Adapun beberapa momen yang terekam adalah sebagai berikut,


Pencitraan sebagai kaum intelektual ketika beradu argumen dengan dewan juri memburam ketika jiwa keartisan mulai meluap (hehehe....).  Pose-pose konyol yang seolah-olah tidak dapat terindikasi bahwa senyum GEJE pemuda-pemudi di atas milik seorang pemenang lomba keilmiahan. Tidak ada tempat khusus sebagaitempat berpose, sekali ada kesempatan jepret langsung keluarkan kamera. Sebelum masuk ruangan pemenang diminta panitia untuk berpose di depan background bertuliskan identitas acara.

 
Acara stakeholder gathering dimulai dengan dibanjiri tamu-tamu penting (pejabat negara: Kementrian PU, kementria BUMN, DPR RI, dll). Pembawa acara yg dipercaya untuk mengordinir adalah Desi Ratnasari dan Deni Candra, Bintang tamu yang memeriahkan adalah Titi DJ dan Diana Nasution, bahkan spesial perform dari Bapak Taufik Ismail yang memimpin doa dengan puisiNya.

  

Ditengan acara stakeholder gathering para pemenang masih saja menyempatkan diri untuk jeprat-jepret. Bahkan sambil menyantak hidangan malam pun mereka tetap tidak bosan mengabadikan momentum spesial ini lewat kamera. Beberapa ekspresi pemenang saat makan yang terekam oleh kamera adalah sebagai berikut,

  

Makanan yang tidak biasa menjadi sarana pelengkap ekspresi di depan kamera (hehehe...), 


Jam menunjukan telah lewat jam 21.00 malam dan hadirin stakeholder gathering mulai menampakan wajah capek. Acara ini ditutup dengan perform dari Titi DJ. Pemenang LKTI keluar hoten dan menunggu jemputan di depan. Ternyata Pak Taufik Ismail pun juga sedang menunggu mobil jemputan, akhirnya dimanfaatkan kesempatan ini untuk berfoto bersama. Sasatrawan legendaris ini pun memberikan kesempatan pada pemenang lomba untuk mengabadikan momen pertemuan. 

Rabu, 23 Maret 2011

SERIAL PRESENTASI NOMINATOR LKTI HUTAMA KARYA 2011: HASIL PENILAIAN AKHIR LKTI HUTAMA KARYA


Setelah berjibaku di presentasi pada tanggal 14 Maret 2011, ditetapkan penliaian akhir dari ke 8 finalis yang terbagi atas 2 kategori, kategori MAHASISWA dan kategori UMUM. Penyerahan hadiah akan dilaksanakan pada hari Selasa, 29 Maret 2011.

Kamis, 17 Maret 2011

SERIAL PRESENTASI NOMINATOR LKTI HUTAMA KARYA 2011,,, (Lantai 6 Kantor Pusat Hutama Karya Cawang bersama Sketsa Ultra Pelangi, Sugeng Riyadi, Fendi Setyawan (UniBra), Aza Nur Fauzi, Juwita Ayu Indah pratiwi (UNS), Achmad Ferdiansyah P.P, Dimas Okky Anggriawan (ITS), Satriyo Krido Wahono (LIPI))


Jeprat-jepret jadi suatu strategi mengurangi rasa tegang finalis LKTI Hutama Karya 2011. Banner yang bertuliskan identitas lomba diserbu oleh para finalis untuk dijadikan sebagai latar saat beraksi di depan kamera. Pak Satriyo (finalis ketegori UMUM) yang berprofesi sebagai peneliti LIPI pun tidak kalah narsis dibandingkan dengan finalis katogori MAHASIWA.

Senin, 14 Maret 2011

DENGAN TEKNOLOGI WUJUDKAN INOVASI PEMBELAJARAN PUISI


Oleh: Janu Arlinwibowo


Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas (http://id.wikipedia.org/wiki/ Puisi).
Realita yang ada saat ini grafik minat siswa untuk mempelajari puisi. Proses pembelajaran puisi yang konfensional membuat siswa tidak jenak dalam proses pembelajaran tersebut. Hal tersebut yang membuat kian hari minat siswa mempelajari puisi kian meredup. Padahal seharusnya puisi mampu menjadi luapan rasa yang terpendam pada siswa.

Pokok Bahasan Puisi
Pembelajaran puisi memiliki beberapa target yaitu siswa mampu untuk mengalunkan syair puisi, siswa mampu untuk memaknai syair puisi dan siswa mampu untuk menciptakan syair puisi secara mandiri. Padahal pelajaran puisi hanya merupakan salah satu pokok bahasan yang ada di dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sedikitnya waktu menjadikan target pembelajaran yang telah direncanakan tidak mampu untuk direalisasikan.
Fenomena pembelajaran puisi memang sangat ironis. Pokok bahasan yang sangat erat dengan pribadi siswa dan mampu menjadi sarana meluapkan rasa malah menjadi pokok bahasan yang notabene mempunyai sedikit peminat. Pembelajaran yang hanya disampaikan tanpa diikuti tercapainya target pembelajaran menimbulkan anggapan bahwa puisi hanya menjadi sebuah pokok bahasan pelengkap. Coba kita lihat, berapa siswa yang mampu untuk mengalunkan, memaknai dan menciptakan syair puisi? Jika adapun, siswa tersebut hanya menjadi kaum minoritas.
Hal lain yang perlu dikaji adalah berapa banyak siswa yang senang mempelajari syair-syair indah ini? Pada realita yang terjadi pada suasana belajar mengaja di kelas adalah ditemukannya siswa yang tidur, ngobrol sama teman bahkan ada yang main telepon genggam. Perilaku siswa tersebut menunjukan bahwa minat mereka mangikuti pokok bahasan puisi sangat rendah. Padahal ketikan suatu pembelajaran tidak diikuti dengan minat maka transfer materi tidak akan berjalan dan pembelajaran itu akan menjadi suatu proses yang sia-sia.

Model Pembelajaran Konvensional
Setelah membaca uraian di atas, akan timbul pertanyaan tajam. Apakah yang salah dengan pokok bahasan puisi? Mengapa siswa ogah-ogahan ketika mengikuti pelajaran?
Saat ini kebanyakan guru menyampaikan materi puisi dengan cara konfensional dengan harapan siswa mampu untuk mengalunkan syair puisi, siswa mampu untuk memaknai syair puisi dan siswa mampu untuk menciptakan syair puisi secara mandiri. Cara konfesional tersebut adalah guru membacakan puisi dan siswa menyimak, siswa menciptakan puisi serta membacakan di depan kelas dan siswa menceritakan maksud dari puisi yang telah ditentukan lewat selembar kertas.
Ada beberapa kekurangan yang diperoleh dari model pembelajaran konfesional seperti yang terurai di atas. Pertama, model pembelajaran konvesional sangat bergantung pada waktu bertatap muka. Padahal pelajaran bahasa Indonesia memiliki banyak pokok bahasan. Oleh karena itu waktu yang tersedia untuk penyampaian materi sangat terbatas.
Kedua, kondisi terbaik tidak selalu dimiliki oleh siswa maupun pengajar. Kadang kala pengajar ataupun siswa sakit, lelah atau stes. Kondisi-kondisi seperti yang telah terurai sangat mudah menimpa setiap insan manusia. Padahal kondisi sangat berpengaruh pada peforma dalam pengajar dalam mengajar maupun siswa dalam menerima materi.
Ketiga, dalam penyampaian pengajar hanya mampu menampilkan materi dan berpenampilan apa adanya. Oleh karena itu pengajar akan kesulitan dalam menyampaikan materi yang notabene tidak disukai siswa dan menutupi peformanya yang sedang menurun. Bahkan kadang kala ketika kondisi yang benar-benar tidak memungkinkan pengajar tidak mampu untuk menyampaikan materi.
Keempat, penyampaian materi akan sangat tidak optimal karena siswa yang terlanjur tidak menyukai pokok bahasan akan malas untuk memperhatikan guru pada waktu menerangkan. Padahal, ketika ingin pintar maka tahapan yang harus dilakukan adalah menyukai baru kemudian mempelajari.
Kelima, tingkat percaya diri setiap siswa tidak sama. Hal tersebut berimbas pada penampilan siswa dalam menjalankan tugas yang telah diberikan. Rasa tidak percaya diri akan membuat siswa tidak mampu untuk berpenampilan secara optimal. Oleh karena itu pengajar tidak bisa untuk melihat kemampuan dan daya tanakap materi setiap siswanya.
.
Perlu Adanya Pembenahan Model Pembelajaran
Dari beberapa uraian di atas agaknya permasalahan yang terjadi pada pokok bahasan puisi mulai terkuak. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor utama permasalahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Siswa akan merasa jenuh jika pengajar menganut model pembelajaran yang itu-itu saja. Lain kata apabila pengajar menggunakan model pembelajaran yang luar biasa, fleksibel dan mempunyai kesan tidak memberatkan. Siswa akan senang untuk mengikuti dan mempunyai kecemderungan minat yang lebih.
Metode yang menimbulkan rasa senang siswalah yang harus diterapkan oleh para pengajar. Bermodalkan rasa suka dan minat yang lebih pada diri siswa pengajar akan lebih mudah dalam menyampaikan materi dan proses belajar-mengajar akan lebih optimal.
Akan tetapi pengubahan metode pembelajaran harus memperhatikan kondisi siswa. Tidak semua siswa menyukai hal yang sama dan tidak jarang pula siswa yang membenci hal yang berbeda. Oleh karena itu untuk menimbulkan rasa senang dan meningkatkan ketertarikan, pengajar tidak boleh memfonis siswa untuk belajar dengan satu metode yang diterapkan.
Model pembelajaran yang harus beragam sehingga siswa merasa lebih nyaman dalam proses belajar mengajar. Hal yang mayoritas disukai oleh siswa adalah musik, seni peran dan lukis. Berlandaskan hal tersebut penulis menjadikan musik, seni peran dan lukis menjadi landasan dalam proses belajar-mengajar.

Pembelajaran Melalui Media Musik
Musik merupakan salah satu hal yang banyak disukai oleh insan manusia. Dari siswa Sekolah Dasar sampai dengan Sarjana, dari balita sampai dengan orang tua suka alunan nada indah tersebut. Hanya jenislah yang membedakan rasa suka dari kesekian banyak penggemar musik.
Musik merupakan hal yang digandrungi oleh banyak masyarakat tercermin pada popularitas seniman musik yang jauh meninggalkan seniman seni yang lain. Siapa tidak kenal dengan Dewa, Slank, Padi, Samsons dan masih banyak lagi. Bahkan tidak jarang saat ini ditemui anak kecil yang hafal syair lagu band kesukaannya.
Dikalangan pelajar musik menjadi hal yang sangat populer. Hal tersebut terlihat dengan menjamurnya groub band yang digawangi oleh siswa Sekolah Menengah maupun Sekolah Dasar. Tidak luput dari pengamatan bahwa musik begitu terkenal ditunjukan pada setiap acara khususnya ulang tahun sekolah, awal tahun dan tutup tahun musik selalu menjadi agenda utama.
Dapat kita bayangkan ketika siswa yang menyukai musik mengapresiasikan puisi menggunakan media musik. Semangat yang dimiliki siswa akan meningkat pesat ketika memadukan puisi dengan nada menjadi sebuah karya karena siswa merasa bahwa apa yang telah dia dipelajari tidak sia-sia. Oleh karena itu siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk membawakan sebuah puisi yang telah dipilih dengan paduan nada khasnya.
Tidak diragukan lagi hasil yang diraih ketika pengajar menggunakan musik sebagai media pembelajaran puisi. Ketika siswa membuat perpaduan musik dan puisi secara otomatis siwa akan mencari korelasi yang tepat antara syair puisi dengan nada yang akan dipakai. Pencarian korelasi tersebut tentu akan mengharuskan siswa untuk mengerti segala hal tentang puisi yang digarap. Hal tersebut akan membawa siswa kedalam sebuah pemahaman yang mendasar dan target pengajar agar siswa mampu untuk mengalunkan, menciptakan dan memaknai akan tercapai.
Walaupun terkesan mandiri tetapi penyampaian materi akan jauh lebih efektif dibandingkan dengan model penbelajaran yang saat ini diterapkan. Oleh karena itu sangat menguntungkan jika pengajar mulai menerapkan model pembelajaran puisi dengan menggunakan media musik.

Pembelajaran Melalui Media Seni Peran
            Seni peran merupakan salah satu jenis seni yang cukup digemari oleh masyarakat. Wayang orang, ketoprak dan komedi merupakan salah satu contoh seni peran. Hampir semua sekolah khususnya sekolah menengah memiliki ekstrakulikuler seni peran. Hal tersebut dikarenakan seni peran cukup diminati di kalangan pelajar. Lihat saja pada pentas seni sekolah, pertunjukan seni peran tidak pernah luput dari jadwal yang telah disusun.
            Dibutuhkan penjiwaan tinggi untuk memerankan sebuah tokoh, sekalipun perwatakan tokoh bertolak belakang dengan perwatakan nyata pemerannya. Hal tersebut yang membuat penulis berfikir menggunakan seni peran sebagai sarana pembelajaran puisi karena pemaknaan puisi merupakan salah satu kesulitan siswa dalam mempelajari puisi. Padahal pemaknaan merupakan kunci utama seseorang untuk membawakan syair puisi.
            Dengan media seni peran kesulitan pemaknaan puisi yang selama ini menjadi momok dapat ditanggulangi. Bahkan model ini akan memacu pemikiran-pemikiran kretif dari siswa yang akan memberikan hasil pembelajaran yang tidak hanya sekedar target utama pembelajaran..

Pembelajaran Melalui Media Gambar
            Dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah pelajaran menggambar selalu ada. Apresiasi berupa goresan bentuk ini sudah menjadi kebiasaan manusia. Lihat saja ketika siswa sedang jenuh dengan pelajaran, menggambar merupakan kegiatan yang akan menghapus kejenuhanya.
            Ironisnya keinginan untuk menggambar sering disalurkan pada media yang tidak seharusnya. Permasalahan yang nyata dan seakan menjadi budaya saat ini adalah corat-coret di tembok dan bangku (khususnya bangku sekolah). Bahkan seringkali coretan tidak hanya sekedar coretan namun apresiasi dari suasana hati penggambar.
            Bagaimana jika puisi diajarkan dengan media gambar? Tentu bagi siswa yang mempunyai hobi menggambar akan lebih mudah untuk mudah untuk mempelajarinya. Dengan gambar siswa mampu menggambarkan dengan jelas keadaan maupun perwatakan. Hal tersebut jelas akan mebuat siswa memahami puisi yang akan di tampilkan dalam bentuk gambar sepenuhnya, dari suasana sampai dengan permasalahan yang terjadi.
            Media tersebut akan merubah sikap siswa yang ogah-ogahan mengikuti pelajaran karena puisi diapresiasikan dengan gambar, padahal menggambar merupakan kebiasaan mereka untuk menghilangkan kejenuhan dan menjadi pendampin rasa ogah-ogahan. Dengan model pembelajaran tersebutr pencapaian target pembelajaran puisi bagi siswa yang suka menggambar tidak akan menjadi masalah.

Kendala dan Solusi
Perlu diperhatikan ketiga model pembelajaran di atas masih terbentur dengan permasalahan waktu. Bayangkan ketika dalam satu kelas terdiri dari empat puluh siswa dan terbagi dalam beberapa kelompok. Katakanlah lima belas memilih siswa media musik yang terbagi menjadi tiga kelompok, lima belas siswa memilih media gambar secara perseorangan dan sisanya memilih media seni peran terbagi menjadi dua kelompok. Berapa banyak waktu yang digunakan pengajar untuk memantau hasil pembelajaran siswa?
Mengingat bahwa puisi hanya merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia waktu harus digunakan semaksimal mungkin. Model pembelajaran ICT (Information and Communication Technology) menjadi solusinya. Pengerjaan tugas musikalisasi, seni peran dan gambar akan mempunyai flesibilitas tinggi.
Keuntungan menggunakan model pembelajaran ICT adalah apresiasi siswa akan jauh lebih optimal. Pertama, penggunaan media musik akan lebih optimal karena penampilan siswa ketika menbawakan musikalisasi puisinya dapat mengulang-ulang sehingga menemukan penampilan terbaiknya tanpa ada batasan waktu yang diberikan pengajar kerena alasan waktu seperti halnya ketika pertunjukan langsung.
Kedua, keuntungan pada siswa yang memilih menggunakan media gambar. Keuntungan yang didapatkan adalah siswa tidak hanya mengapresiasikan puisi dengan gambar diatas kertas tetapi siswa juga mampu mengapresiasikan puisi dengan animasi-animasi komputer.
Ketiga, keuntungan seperti yang didapatkan ketika memilih media musik juga diperoleh siswa yang memilih media seni peran. Bahkan tidak hanya keuntungan waktu yang diperoleh. Siswa akan diuntungkan dengan penyempurnaan-penyempurnaan penampilan yang dapat dilakukan dengan komputer sehingga pertunjukan yang dipertontonkan pada pengajar merupakan hasil yang terbaik dari siswa.
Kentungan secara keseluruhan barkaitan dengan tingkat percaya diri yang dimiliki oleh siswa. Ketika berpenampilan langsung dapat dipastikan siswa yang tingkat percaya diri rendah tidak mampu untuk berpenampilan maksimal. Lain hal jika menggunakan model pembelajaran ICT, siswa dapat mengerjakan tugas dirumah dan diulang-ulung hingga menghasilkan penampilan yang terbaik. Dengan demikian dampak rasa percaya diri mampu untuk diminimalisir.
            Dengan penggunaan media pembelajaran didukung seperti yang telah terurai di atas dengan dukungan model pembelajaran ICT anggapan bahwa target pembelajaran puisi yang selama ini sulit tercapai sudah tidak berlaku lagi. Dengan model pembelajaran yang telah diuraikan satu-persatu permasalahan mulai terhapus, mulai dari waktu yang sudah tidak menjadi masalah, konsisi terbaik yang selalu ditampilkan, mampu untuk selalu berpenampilan maksimal, pengubahan anggapan negatif siswa terhadap suatu materi dan tingkat percaya diri yang dapat diminimalisir.

Pemberian Penghargaan Sebagai Pemacu Semangat
Akan terasa hampa walaupun sudah tidak terasa sia-sia jika sebuah karya tidak dipublikasikan. Hal yang wajar jika seorang manusia ingin karyanya menjadi sebuah hal yang dikenal orang dan mampu menghadirkan sambutan yang menggembirakan.
Adanya kesempatan untuk menunjukan bakat atau mempublikasikan karya akan menambah semangat siswa untuk mengerjakan tugas secara maksimal. Untuk menambah daya saing siswa dalam berpenampilan pengajar harus mempunyai kebijakan untuk memberikan penghargaan dengan cara mempertontonkan hasil karya secara umum. Mengatahui hal tersebut siswa tentu akan membuat karya semaksimal mungkin agar ketika karya tersebut dipertontonkan akan menuai decak kagum dan sanjungan dari para penonoton.
Selain mempertontonkan secara umum untuk lebih meningkatkan daya saing dan semangat pemberian penghargaan secara nyata juga harus diberikan. Penghargaan tersebut diberikan kepada siswa yang menghasilkan karya terbaik diantara karya yang lain. Penghargaan semisal cindera mata, piala atau uang pembinaan.
Model pembelajaran yang telah diuraikan di atas didukung dengan penghargaan karya, penulis yakin selain tercapainya target pembelajaran, karya-karya yang mengagumkan dan membanggakan juga akan dihasilkan.



DAFTAR PUSTAKA

09.30 WIB Rabu, 16 April 2008
15.39 WIB Minggu, 9 September 2007

Kamis, 10 Maret 2011

PEMBELAJARAN MACAPAT SEBAGAI SARANA PENINGKATAN IMTAQ, PELESTARIAN BUDAYA DAN PEMBELAJARAN IPTEK

PEMBELAJARAN MACAPAT SEBAGAI SARANA
PENINGKATAN IMTAQ, PELESTARIAN BUDAYA DAN PEMBELAJARAN IPTEK
 (Studi Terhadap Pembelajaran Seni Suara MACAPAT
di SMA Negeri 1 Yogyakarta)

Oleh: Janu Arlinwibowo

ABSTRAK
             Karya Ilmiah ini disusun dengan tujuan untuk, Pertama mengetahui pengaruh mata pelajaran seni suara macapat terhadap peningkatan keimanan dan ketaqwaan(khususnya di dalam agama Islam) pada siswa, Kedua untuk mengetahui cara mengoptimalkan proses pembelajaran macapat, dan Ketiga untuk mengetahui cara menumbuhkan minat siswa untuk mempelajari seni suara macapat.
Karya tulis ilmiah ini menggunakan kajian diskriptif yang bertujuan untuk mendiskriptifkan tentang fenomena pembelajaran seni suara macapat yang penulis alami di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Adapun metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah: Pertama, Metode observasi yaitu pengamatan terhadap objek yang menjadi sasaran. Kedua, metode Studi Pustaka yaitu dengan cara melakukan kajian terhadap berbagai literatur yang sesuai dengan penelitian ini. Ketiga, metode wawancara yaitu pencarian informasi dari seseorang yang menguasai tentang bidang sasaran penelitian sesuai dengan keahlian. Metode analisis hasil menggunakan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu dengan menginterpretasikan terhadap data-data yang diperoleh.
Hasil analisis yang telah dilakukan, ada dua simpulan yang dapat dikemukakan yaitu, Pertama seni suara macapat berperan terhadap peningkatan keimanan dan ketaqwaan karena macapat macapat mengandung banyak ajaran kebaikan dan selaras dengan ilmu Islam, Kedua ICT merupakan sistem pembelajaran paling ideal untuk diterapkan pada pokok pembelajaran macapat karena dengan sistem ICT guru dapat mengajar dengan optimal dan memenuhi standar kopetensi yang telah ditentukan, dan Ketiga Pemberian kesempatan pada siswa untuk berunjuk kemampuan dan upaya pengembangan bakat merupakan sarana menumbuhkan minat dan motivasi bagi siswa untuk mempelajari seni suara macapat